Selasa, 24 April 2012

Mangrove

Rehabilitasi Mangrove
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

Luas dan Penyebaran

Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan sedikit di subtropika.
Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Di bagian timur Indonesia, di tepi Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas 1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia.
Perkembangbiakan
Adaptasi lain yang penting diperlihatkan dalam hal perkembang biakan jenis. Lingkungan yang keras di hutan bakau hampir tidak memungkinkan jenis biji-bijian berkecambah dengan normal di atas lumpurnya. Selain kondisi kimiawinya yang ekstrem, kondisi fisik berupa lumpur dan pasang-surut air laut membuat biji sukar mempertahankan daya hidupnya.
Hampir semua jenis flora hutan bakau memiliki biji atau buah yang dapat mengapung, sehingga dapat tersebar dengan mengikuti arus air. Selain itu, banyak dari jenis-jenis mangrove yang bersifat vivipar: yakni biji atau benihnya telah berkecambah sebelum buahnya gugur dari pohon.
Contoh yang paling dikenal barangkali adalah perkecambahan buah-buah bakau (Rhizophora), tengar (Ceriops) atau kendeka (Bruguiera). Buah pohon-pohon ini telah berkecambah dan mengeluarkan akar panjang serupa tombak manakala masih bergantung pada tangkainya. Ketika rontok dan jatuh, buah-buah ini dapat langsung menancap di lumpur di tempat jatuhnya, atau terbawa air pasang, tersangkut dan tumbuh pada bagian lain dari hutan. Kemungkinan lain, terbawa arus laut dan melancong ke tempat-tempat jauh.
Buah nipah (Nypa fruticans) telah muncul pucuknya sementara masih melekat di tandannya. Sementara buah api-api, kaboa (Aegiceras), jeruju (Acanthus) dan beberapa lainnya telah pula berkecambah di pohon, meski tak nampak dari sebelah luarnya. Keistimewaan-keistimewaan ini tak pelak lagi meningkatkan keberhasilan hidup dari anak-anak semai pohon-pohon itu. Anak semai semacam ini disebut dengan istilah propagul.
Propagul-propagul seperti ini dapat terbawa oleh arus dan ombak laut hingga berkilometer-kilometer jauhnya, bahkan mungkin menyeberangi laut atau selat bersama kumpulan sampah-sampah laut lainnya. Propagul dapat ‘tidur’ (dormant) berhari-hari bahkan berbulan, selama perjalanan sampai tiba di lokasi yang cocok. Jika akan tumbuh menetap, beberapa jenis propagul dapat mengubah perbandingan bobot bagian-bagian tubuhnya, sehingga bagian akar mulai tenggelam dan propagul mengambang vertikal di air. Ini memudahkannya untuk tersangkut dan menancap di dasar air dangkal yang berlumpur.
Peranan mangrove yang sudah menjadi sebuah hutan:
1.      Mengendalikan abrasi
2.      Menangkap sedimentasi
3.      Menyerap polutan
4.      Dan tempat hidup biota laut,seperti ikan, udang,kepiting.
  
Untuk menanaman mangrove sehingga dapat tumbuh lebat dan rapat, perhatian pertama yaitu :
1.      Status lokasi
Baiknya lokasi yang hendak ditanami jelas kepemilkiannya untuk menghindari terjadi perselisihan lahan dikemudian hari.
2.      Jarak penanaman
Penanaman yang terlalu rapat dapat menghambat pertumbuhan mangrove itu sendiri karena akar mangrove yang saling tumpang tindih untuk menyerap mineral,umumnya jarak penanaman bibit mangrove 3 x 3 atau 4 x 4
Lahan sudah diketahui maka selanjutnya persiapan bibit mangrove.baiknya bibit mangrove berasal dari buah pohon yang berusia lebih dari 10 tahun,seperti yang dilakukan oleh masyarakat lingkungan 20 Sicanang Medan. Buah yang sudah matang dicirikan dengan warna buah hijau tua atau kecoklatan, dengan kotiledon (cincin) berwarna kuning atau merah. Media yang digunakan untuk pembibitan adalah sedimen dari tanggul bekas tambak atau sedimen yang sesuai dengan karakteristik pohon induknya. Media dibiarkan selama kurang lebih 24 jam agar tidak terlalu lembek. Media tanam yang sudah disediakan, dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam (polibag) berukuran lebar 12 cm dan tinggi 20 cm, yang telah diberi lubang keci-kecil kurang lebih 10 buah (Tomlinson, 1986).
IMG-20120315-00124.jpg            IMG-20120315-00126.jpg
   A.     Bibit Mangrove
 IMG-20120315-00125.jpg                                                                                     


IMG-20120315-00127.jpg
 
   
 Setelah bibit mangrove tumbuh menjadi anakan di polybag dapat segera dipindahkan ke lahan yang akan dihijaukan.jarak penamananakan di lingkungan 20 sicanang medan berukuran 3 x 3 meter,dimaksudkan untuk memberi ruang akar mangrove untuk dapat berkembang dan bercabang dengan baik. Saat menanam anakan pastikan lobang yang digali cukup dalam agar akar anakan tidak terhimpit yang dapat menggangu pertumbuhan baiknya ukuran lobang 1,5  kali lebih besar dari lingkar akar anakan yang akan ditanam. Anakan  yang telah ditanam di lahan perlu dirawat dengan cara disiram dan pembersihan manual agar tumbuh dengan baik dan menghindari penyakit atau pun hama yang mungkin menyerang.hama yang sering menyerang berupa kutu loncat yang menyerang daun mangrove dapat diatasi dengan rutin menyiram bibit dengan air payau.

  B.     Penanaman anakan mangrove
 

   C.     Akar mangrove yang terhimpit berbentuk huruf “J”


 









Sumber :
5 tahap rehabilitasi mangrove, www.mangroveactionproject.org,2011
Menanam bibit dilapangan www.wetlands.org
Tomlinson, P.B., 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge UniversityPress.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau